Wawancara Ekslusif Bersama Ketua ILC 2022

Wawancara Ekslusif Bersama Ketua ILC 2022

Satu kata untuk acara ILC 2022 yang baru saja terselenggara, GILA! Antusiasme partisipan untuk acara ini luar biasa tinggi, bahkan saya dengar hingga pendaftaran ditutup, masih banyak calon peserta yang menghubungi panitia untuk mencoba peruntungan supaya bisa turut serta menjadi pemateri di ajang offline Linux terbesar tahun ini. Selain dari sisi peserta, dari hasil pengamatan saya, dukungan dalam bentuk sponsor juga datang bertubi-tubi, tentu saja ini termasuk dukungan dari tuan rumah beserta para mahasiswanya yang ’edan-edanan’ dan all out menjadi panitia. Tepuk tangan!

Di kesempatan kali ini, saya secara ekslusif mendapat kesempatan untuk ngobrol santai dengan ketua pantia ILC 2022 Mas Rania Amina.

Saya: Selamat malam Mas Rania! Waaah, selamat-selamat, gimana nih perasaanya setelah menyelenggarakan acara ILC 2022 kemarin?

Rania Amina: Malam malam. Haha, gimana ya, yang jelas sih bersyukur, lega, dan sangat senang. Meski tentu saja ada kekurangan di sana-sini, saya rasa “secara egois” bisa dibilang ILC 2022 ini berjalan dengan lancar dan telah sukses terselenggara.

Saya: Ah, nggak egois juga sih, Mas. Saya rasa para partisipan yang hadir pun turut merasakan demikian. Btw, ada nggak sih momen-momen yang berkesan selama mengelola acara ILC ini?

Rania Amina: Tentu, dan banyak banget. Ini buat disklaimer dulu ya di awal, saya bukan satu-satunya orang yang bikin acara ini bisa digelar dengan lancar seperti yang Mas lihat kemarin, ada Pak Utian yang kadang (atau sering) bikin jokes ‘apasih’, Sopyan yang bantu saya ngoprek-ngoprek sistem ILC, Rifki yang jadi humas dan nyambi nego-nego ke sponsor, Gerald yang nyimpen duit, Ariq yang bantu ngurus surat-surat, Pak Nug dan Mas Irfan yang bikin acara ini keren dengan desain-desainnya, Rino dan Hervy yang selalu mumet karena musti ngatur kondisi di lapangan, serta para panitia lokal yang goks parah.

Kalau momen-momen seru dan berkesan sih pastinya banyak, tapi momen ganti venue ini yang paling bikin deg-degan. Pertama, ini adalah keputusan yang berat karena melibatkan banyak pihak, kedua karena ini harus segera diputuskan segera dan tidak boleh membuang-buang waktu. Btw, thanks buat para calon kampus yang waktu itu udah ngajuin diri buat jadi host ILC. Alhamdulillah, geng UMSIDA mau dan siap dengan konsekuensi serta waktu persiapan yang amat mepet, sekitar 40-hari kalau nggak salah ingat, udah kaya orang bertapa ya haha. Saya mengapresiasi betul semangat teman-teman UMSIDA ini.

Saya: Soal pergantian venue ini, ada nggak sih Mas yang protes ke Mas Rania?

Rania Amina: Hmm, ada sih beberapa yang mempertanyakan keputusan ini, tapi menurut saya ini wajar banget. Toh apapun keputusannya, pro dan kontra kan ya pasti ada, dan fakta kalau kita emang tidak bisa membuat semua orang seneng itu adalah sebuah keniscayaan.

Saya: Bener juga sih. Nah, saya mau tau nih Mas, kenapa sih Mas Rania kepikiran bikin acara ILC ini? Bukannya dulu ada isu kalo ILC ini dibubarin ya?

Rania Amina: Ini kompornya Pak Utian sih sebenernya, saya cuma bantu ngracik dan matengin masakan aja berhubung kompornya udah ada. Orang dulu bilang, ‘gayung bersambut’-lah istilahnya. Kami berdua berangkat dari rasa bosan ngadain acara online, dan kami merasa komunitas open source perlu untuk dipertemukan kembali setelah dua tahun dihajar dengan pandemi. Ini udah saatnya. Sok-sok-annya sih bisa dibilang ini acara FOSS lokal pertama dengan skala besar yang digelar setelah pandemi. Nah soal nama ini, saya pribadi nda mau terlalu ambil pusing dengan perdebatan masa lalu, tapi spirit yang ingin kami bawa adalah bahwa ILC ini terbuka untuk diselenggarakan oleh komunitas FOSS apapun, itu salah satu alasan juga mengapa halaman site resmi kami berdomain opensuse.id. Spirit gotong royong antarkomunitas FOSS lokal inilah yang ingin kami bawa, terlepas setelah ini ganti nama atau yang lain ya terserah, tapi saya berharap spirit tersebut tetap ada di dalamnya.

Saya: Mantap! Oiya, denger-denger Mas Rania ga setuju ada streaming untuk acara ini? Boleh tahu nggak mas alasannya?

Rania Amina: Ya itu tadi sebenernya, kami ingin benar-benar berjumpa secara langsung, bergembira bersama tanpa jarak. Ini juga bentuk apresiasi sebenernya untuk effort yang telah dikeluarkan panitia lokal dan para peserta yang mendedikasikan diri dan waktu untuk jauh-jauh dateng ke ILC, kami ingin benar-benar melihat kembali semangat berkomunitas itu secara langsung bukan dari layar.

Saya: Sepakat. Nah, ngomong-ngomong soal layar nih Mas, lagi trending tuh di medsos layar ILC dengan OS Windows? Ada komentar nggak mas soal ini?

Rania Amina: Pake mindows di ILC saya sendiri juga sadar kalau ini kurang pas. Salah? Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Kalau ditanya kesel, sih tentu kesel juga. Tapi yang bisa saya ceritakan, silakan bila ini dianggap sebagai pembenaran, adalah bahwa ruang kontrol untuk videotron yang tampil di layar tersebut memang sangat strict aksesnya.

Dari kepanitiaan, secara resmi meminjam auditorium ini untuk Jumat dan Sabtu, sayangnya beberapa pihak kurang kooperatif sehingga kami baru benar-benar dapat menggunakan auditorium tersebut di Sabtu pagi, itupun telat dari waktu yang kami minta. Impact-nya tentu luar biasa dipersiapan acara ini. Termasuk salah satunya adalah info bahwa ruang kontrol untuk layar utama ini hanyak boleh dipakai, tidak boleh diutak-atik apalagi sampai ganti OS.

Nah kalau sudah begini, saya pribadi berpegang pada kaidah fikih, “ma la yudzroku kulluhu, la yutroku kulluhu” dan “dar’ul mafasid muqoddamun ala jalbil mashallih”. Kurang lebih artinya, “kalo nggak bisa dapet semuanya, ya jangan ditinggalin semua” dan “mencegah kerusakan/kerugian harus diutamakan dibanding mengambil kemanfaatan.”

Konteksnya gini, meskipun nggak bisa perfect pake linux di layar utama auditorium bukan berarti harus secara egois saya batalkan penggunaan auditorium, karena fungsionalitasnya masih bisa membantu keberlangsungan acara. Memang nggak perfect, tapi ketidak-perfect-an ini diperlukan. Kemudian banyak yang nanyain, kenapa nggak pake live usb? Pertanyaan ini sudah dijawab dari sisi teknis oleh Pak Sokibi di sini: Meme Tragedi Salah Desktop di Acara ILC. Ada potensi-potensi mafsadah/kerusakan yang yang akan terjadi bila saya memaksakan ego penggunaan linux pada perangkat yang disediakan dan pastinya ini mengganggu penyelenggaraan acara. Untuk itu, saya lebih memilih akur dengan Pak Sokibi untuk tidak memaksakan penggunaan Linux di videotron.

Lagi pula, yang trending itu hanya 1 dari 5 layar yang dipakai selama acara ILC. 4 lainnya yang digunakan pemateri, tentu pakai linux. Ada yang pake mac tapi akhirnya pake linux juga karena ngadat :")

Saya: Tapi banyak banget tuh kan mas yang protes dan komen negatif soal hal tersebut?

Rania Amina: Hak mereka sih berkomentar, saya nggak mau ambil pusing seperti yang disarankan Mbak Nawindah di sesi malam. Satu fakta yang nggak bisa kita sangkal bersama, meski tuan rumah pake mindows, nyatanya mereka berkontribusi besar ke acara Linux kemarin, untuk yg nda dateng dan nda berkontribusi silakan cangkeman bila itu membuat Anda merasa lebih baik :")

Ada banyak hal positif yang bisa saya dan teman-teman syukuri, ngapain malah berkufur nikmat hanya karena omongan orang yang bahkan mungkin ngetiknya sambil nyantai di toilet :“D

Lagi pula kalau dipikir-pikir sambil santai, kurang baik apa coba komunitas Linux, masih mau ngasih space buat mindows di acara Linux meskipun mereka batal nyeponsorin yak #eh, emang konferensi mindows berani pake linux di acaranya? :“D

Dan alhamdulillah sampai kita ngobrol ini, para partisipan, baik peserta, pemateri, dan semua yang hadir belum ada yang komplen negatif terkait penyelenggaraan, mereka semua bergembira bersama sampai ada beberapa yang lupa ngambil foto saking asyiknya.

Saya: Hahaha, yakali mas. Btw, udah panjang banget nih, Mas. Sementara kita cukupkan dulu aja kali ya, ada closing statement yang mau disampaikan nggak, Mas?

Rania Amina: Thanks buat semua pihak yang terlibat dalam acara ini. Satu hal yang benar-benar saya minta maaf, meski saya tahu ini murni kesalahan dari pihak yang kurang kooperatif, untuk para tim tari yang tidak bisa tampil secara maksimal karena ganguan teknis. Kami minta maaf. Untuk semua panitia yg sudah bekerja keras, mungkin ini acara offline dan gede pertama kalian, tapi kalian bisa handle ini dengan maksimal, keren! Dan saya bangga untuk kalian semua!

Saya: Mantap, terima kasih Mas Rania. Selamat melanjutkan perjalanan, semoga selamat sampai di tujuan dan kembali berkumpul dengan keluarga.

Itu tadi ngobrol-ngobrol singkat bersama ketua panitia ILC 2022, Mas Rania Amina. Sampai jumpa di ngobrol santai selanjutnya. Dah!

Sorry kalau ada typo, ngetik sambil otw pulang, entar diedit kalo udah nyampe rumah.

Wawancara Ekslusif Bersama Ketua ILC 2022

https://raniaamina.id/wawancara-ekslusif-bersama-ketua-ilc-2022/

Penulis

Rania Amina

Diposting pada

2022-11-06

Diperbarui pada

2022-11-06

Dilisensikan di bawah

CC BY-NC-SA 4.0

Komentar