Mencoba Endless OS
Setelah sekian lama mendengar Endless OS, akhirnya berkesempatan juga saya untuk mencobanya. Sebenarnya, saya sudah mengunduh berkas iso sistem operasi ini beberapa minggu yang lalu, tepatnya ketika berkas Endless OS telah masuk ke repositori UGM.
Namun karena beberapa kegiatan yang cukup menyita waktu, akhirnya baru hari ini saya dapat mencoba si Endless ini. Sengaja saya mengunduh yang ukuran kecil (bukan yang full) karena sebenarnya hal yang saya lakukan ini hanya sekadar untuk mengobati rasa penasaran saya terhadap sistem operasi yang iklannya sering muncul di laman beranda Facebook saya :).
FYI, Sebelum ini, saya juga sempat bertemu dengan Nuritzi Sancezh yang merupakan Founding Member and Special Projects Manager dari Endless OS ini.
Bersama Nuritzi Sancezh
Untuk digarisbawahi, tulisan ini sebenarnya bukanlah review teknis, lebih nyaman saya mengatakan bahwa tulisan ini merupakan impresi pertama saya ketika menjalankan Endless. Perlu diketahui, saya menjalankan Endless OS ini melalui Virtualbox 5.2.0 di Debian Stretch.
Sempat Gagal
Beberapa waktu sebelumnya, saya sempat coba menjalankan sistem operasi ini di virtualbox namun gagal. Ternyata hal ini disebabkan karena saya memilih other linux (64-bit) pada pilihan sistem operasi guest di virtualbox. Hal ini terbukti, setelah saya ubah ke Debian (64-bit) sistem dapat booting sempurna. Ketika Anda menjalankan Endless OS, hal pertama akan menyapa Anda adalah plymouth logo Endless yang cukup sederhana namun tetap menarik. Plymouth ini dapat Anda definisikan sebagai boot screen animation pada gawai Anda.
Plymouth Endless OS
Suguhan Pertama
Setelah menunggu kurang lebih dua menit, akhirnya Endless mulai memunculkan tanda-tanda akan masuk desktop. Berikut merupakan beberapa tangkapan layar yang menyapa saya setelah plymouth berhenti.
Memilih Bahasa
Saya memilih bahasa Indonesia pada sesi ini. Alasannya, karena pengen aja :p 2.
Ingin Mencoba dulu, atau langsung memasang
Anda dapat menjalankan Endless OS tanpa harus memasangnya terlebih dahulu. Cukup bermodalkan Flashdisk dan Endless pun siap digunakan. Jika Anda sudah yakin dan berbulat tekad, silakan pasang langsung pada sistem Anda. Hanya saja, dari beberapa komentar beberapa teman di facebook, secara default si Endless ini akan menghapus seluruh partisi hdd Anda, jadi demi kemanan dan menghindari penyesalan, silakan lakukan pencadangan data terlebih dahulu. Untuk hal ini, saya belum mencobanya secara langsung (masih ogah inul-inul lagi). 3.
Sesuaikan papan ketik Anda
Jika Anda merasa kurang yakin dengan papan tik Anda, silakan lakukan pengujian terpandu. 4.
Bagian yang paling sering di-skip, syarat & ketentuan pengguna
Sejujurnya saya juga *nyekip* bagian ini, hehehe. Tapi, bagi Anda yang berniat menggunakan Endless OS, saya harap Anda berkenan meluangkan sedikit waktu untuk membaca syarat & ketentuan penggunaan Endless tersebut. Serius! 5.
Endless siap digunakan
Taraaaa! Selamat, Endless Anda telah siap untuk digunakan. Berikut merupakan tampilan desktop Endless yang akhirnya dapat saya lihat langsung dengan mata kepala saya, wow! (ok, bagian ini agak lebai).Yang Terdapat di Endless
Karena saya mengunduh berkas iso Endless yang kecil, tentu saja aplikasi yang terdapat di dalamnya tak terlalu banyak (bila dibandingkan dengan Endless versi 14 GB). Pun demikan, saya kira ini sudah lebih dari cukup untuk melakukan kegiatan perkantoran secara umum, karena telah pasang LibreOffice Writer dan Calc. Aplikasi lain yang saya temukan adalah pemutar musik (saya kurang suka karena ikonnya yang terlalu gemuk), pemutar video, pengirim surel dan beberapa media sosial, serta peramban web.
menu aplikasi bawaan Endless versi mini
Menu yang disuguhkan oleh Endless ini memang dibuat mirip dengan menu pada gawai secara umum. Beberapa ikon aplikasi yang memiliki kategori sama, dapat dikumpulkan dalam satu folder menu tertentu sebagai mana gambar berikut.
folder menu untuk mengelompokkan aplikasi yang sama
Hal menarik yang saya temukan, Endless membawa aplikasi perpesanan WhatsApp dan menampilkannya di menu utama. Secara kasar saya dapat menduga bahwa Endless ini memang didesain untuk memudahkan pengguna baru yang kemungkinan besar juga merupakan pengguna aplikasi perpesanan tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa WhatsApp memang merupakan aplikasi paling populer dan dipasang hampir diseluruh pengguna gawai di Insonesia, meskipun saya pribadi kurang begitu suka dengan aplikasi ini.
WhatsApp Web yang di Desktop-kan :)
Untuk pemasangan aplikasi, Endelss telah menyiapkan *software center* yang dapat memudahkan pengguna memasang dan mengahapus aplikasi yang diinginkan. Secara sederhana, konsep ini mirip dengan layanan Playstore yang terdapat dalam gawai bersistem Android.
Software Center
Aplikasi-aplikasi dalam *software center* disusun berdarkan kategori-kategori terntentu yang dapat Anda pilih pada sisi kiri aplikasi. Untuk aplikasi yang telah terpasang, dapat Anda lihat daftarnya pada tab *terpasang*.
Software Center
Endless: Secara Umum
Bagi Anda yang terbiasa dengan lingkungan Windows, barangkali Endless akan menjadi oase dan hal baru yang cukup menarik untuk dicoba. Endless menggunakan tampilan layaknya gawai untuk memudahkan para penggunanya yang kemungkinan besar telah familiar dengan model menu dan tampilan semacam itu. Mudah atau tidaknya, sebenarnya masih abu-abu karena bagiamanapun juga komputer dan gawai adalah dua hal yang dipandang berbeda, dan tentu saja apapun itu tetap memerlukan sedikit pembiasaan. Sebagai pengguna Linux, saya pribadi cukup takjub ketika pertama kali melihat Endless ini, meskipun belum pada tahap membuat saya tertarik untuk memasangnya. Jika dilihat dari motif kemunculannya, Endless merupakan respon untuk menanggulangi kekurangmeratanya penggunaan komputer dan Internet di beberapa daerah. Jika bertolak dari hal tersebut, sangatlah wajar bila Endless sengaja menyertakan pelbagai kebutuhan pnegguna dalam satu sistem operasi utuh dan berimbas pada ukurannya yang cukup besar bila dibandingkan distribusi Linux lain. Saya pribadi mengapresiasi gerakan tim Endless dalam menjalankan visi dan misinya tersebut. Terlebih, secara nyata mereka telah bekerjasama dengan beberapa vendor laptop dan menyediakan perangkat pre-install Endless, sebuah pencapaian, menurut saya. Satu hal lagi, saya sempat terjebak dengan logo Endless yang terdapat pada pojok kiri bawah desktop. Mulanya saya menduga logo tersebut digunakan untuk mengakses menu lain layaknya menu-menu pada distribusi Linux atau bahkan Windows, ternyata bukan. Logo Endless tersebut hanya berfungsi untuk menampilkan daftar aplikasi yang sedang dijalankan. Fungsi serupa dapat pula dihalankan dengan mengklik pojok kanan bawah desktop.
Demikianlah impresi yang saya dapat ketika menjalankan Endless OS. Ah, ada yang lupa. Endless membawa banyak gambar latar yang cantik, sebagian besar berupa panorama. Untuk Anda yang belum mencobanya, silakan segera mencoba dan tulis pula penilaia atau impresi Anda :).
Gambar latar
–ran
Mencoba Endless OS