Pengalaman Memasang Linux di Beberapa Laptop Keluaran Terbaru
Untuk sebagian orang memilih laptop dengan spesifik yang mumpuni untuk menuntaskan pelbagai pekerjaan adalah impian yang patut untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, memilih perangkat-perangkat keluaran terbaru bisa jadi adalah opsi yang diplih oleh sebagian orang tersebut alih-alih membeli perangkat seken/bekas.
Saya pun sempat mengalami momen tersebut, lebih memilih cari aman dengan membeli prangkat yang pasti support atau sudah teruji sebelumnya.
Permasalahan selanjutnya yang muncul adalah isu-isu kompatibilitas aplikasi dengan perangkat yang akan atau sudah kita beli. Untuk pengguna sistem operasi Windows barangkali tak terlalu memusingkan hal ini, namun lain cerita dengan pengguna sistem operasi Linux yang terkadang ketar-ketir soal dukungan perangkat.
Salah satu tipe laptop yang cukup populer di kalangan pengguna Linux karena kompatibilitasnya yang sangat bagus misalnya adalah Thinkpad. Saya sendiri sempat menggunakan Thinkpad seri X1 Carbon untuk beberap waktu, dan memang benar adanya bahwa semua periperal atau perangkat keras pada laptop ini dapat terdeteksi dengan baik tanpa adanya kendala yang berarti.
Beberapa Saran Soal Memilih Laptop untuk Pengguna Linux
Barangkali ini mungkin akan jadi tulisan yang membosankan dan tak ada kebaruan dibanding tulisan lain yang sudah tersebar di internet. Namun demikian, semoga tulisan ini tetap bisa berguna.
Tentukan kebutuhan dan spesifikasi
Poin pertama ini tentunya adalah keniscayaan yang tak bisa ditawar. Untuk mempermudah seleksi, biasanya saya membuat sebuah draft terlebih dahulu misalnya dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut:
-
Apakah laptop ini akan sering saya bawa bepergian atau cenderung untuk kerja di satu tempat? Jika ya, maka saya berat laptop dan barangkali bisa menjadi acuan pertama, jika tidak maka ukuran dan berat tidak menjadi soal.
-
Pekerjaan apa saja yang nantinya akan saya kerjakan dengan laptop ini? pertanyaan ini sebenarnya merupakan pertanyaan yang sangat kompleks karena akan menentukan banyak hal. Gampangnya, untuk Anda yang pekerjaannya lebih dominan dengan urusan perkantoran (ketik mengetik, membuat laporan, dan sejenisnya), menurut saya, maka Anda kemampuan multitasking pada laptop adalah hal yang utama. Hal ini biasanya dapat ditunjang dengan memperbesar kapasitas memori (RAM) dan mengganti jenis penyimpanan fisik dengan SSD alih-alih HDD. Untuk Anda yang pekerjaannya berkaitan dengan urusan multimedia, maka selain perlu aspek pada yang tipe perkantoran, jangan lupa juga untuk memperhatikan urusan layar, terutama jika Anda seorang desainer grafis. Carilah laptop dengan layar yang mumpuni, setidaknya coba cari layar dengan panel IPS dan prosentasi warna sRGB yang tinggi dengan resolusi minimal FHD. Hal ini akan sangat berguna agar warna desain yang kita pilih tidak mleset jauh. Selain layar yang bagus, pastikan jenis chipset prosesor yang digunakan pun sesuai. Tentang cara membaca kode pada prosesor, silakan coba googling untuk informasi detailnya. Setidaknya dengan demikian maka Anda dapat menentukan spesifikasi yang sesuai atau minimal mendekati sesuai dengan kebutuhan Anda.
-
Sepenting apakah garansi untuk Anda? Hal ini bisa dijadikan acuan untuk menentukan akan membeli laptop baru atau seken.
Carilah informasi tentang perangkat tersebut
Anggaplah kita sudah dapat satu atau dua pandangan soal merek dan tipe laptop yang kita inginkan. Maka hal yang sebaiknya dilakukan adalah mencari tahu perangkat keras yang ada di dalam laptop tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengunjungi situs masing-masing merek dan temukan informasi tentang spesifikasinya. Pastikan hal-hal mendasar seperti konektivitas jaringan (wifi, bluetooth misalnya), chipset grafis/GPU/VGA, perangkat audio, seluruhnya telah mendukung sistem operasi Linux.
Cari informasi dukungan distro yang akan Anda gunakan
Pada tahap ini saya biasanya melakukan pencarian secara random misalnya dengan kata kunci “Debian on Nama + Tipe Laptop”, satu atau dua tulisan kemungkinan akan ada yang membahas itu. Namun bagaiman bila sama sekali tidak ada? Maka pilihannya hanya dua, memastikan semua chipset sudah mendukung sistem operasi Linux atau modal nekat tetep beli :")
Untuk periperal lain pun saya biasanya mencari informasi dengan melakukan pencarian random serupa, dengan demikian bila misal ternyata ada masalah terjadi sewaktu-waktu, saya nggak kaget.
Bersiaplah dengan segala kemungkinan yang akan terjadi
Karena yang akan kita beli adalah barang elektronik yang memang sangat mungkin terjadi masalah kelak, maka bersiaplah dengan semua kemungkinan terburuk. Di sinilah peran garansi biasanya sangat diperlukan. Akan sangat membantu bila Anda memiliki kenalan/tempat servis langganan yang sudah Anda kenal baik untuk sewaktu-waktu membantu Anda. Atau bisa juga meminta bantuan ke rekan-rekan seperkomunitasan dengan Anda.
Bertanyalah dengan santun dan informatif
Berkaitan dengan pertanyaan di komunitas, paling harus saya ingatkan adalah agar jangan melempar pertanyaan dengan minim informasi apalagi secara serampangan. Contoh pertanyaan yang “ngeselin” misalnya, “Bang ini saya pasang Ubuntu di laptop lenovo kenapa gagal mulu ya?”.
Bukalah pertanyaan dengan infirmasi yang lebih detail, misal terkait tipe perangkat, versi apps, hal apa saja yang telah dilakukan, hasilnya bagaiamana, dan lain sebagainya. Bakal panjang dong? Ya baiknya memang demikian agar peluang beroleh jawaban yang tepat semakin besar juga.
Beberapa Kendala pada Laptop Keluaran Baru yang Pernah Saya Temui
Permasalahan yang paling umum biasanya adalah perangkat keras yang tidak terdeteksi, misalnya Wifi. Sekitar dua tahunan lalu saya sempat diminta untuk memasang linux pada laptop HP Pavilion keluaran terbaru (detail serinya saya lupa). Kebetulan di waktu tersebut wifi pada perangkat ini belum tersedia, dan mesti menunggu sampai kuarter akhir tahun 2017 atau awal tahun 2018 baru dikabarkan akan tersedia. Untunglah si pemilik laptop berkenan menunggu. Alternatif sementara yang saya berikan kala itu adalah melakuakan tethring kabel dengan ponsel yang tersambung ke internet via wifi, atau pakai wifi dongle.
Untungnya sekarang driver untuk perangkat tersebut sudah tersedia dan bisa langsung dipasang. Tipe chipset wifinya adalah RTL8723DE.
Tautan panduan memasang driver ada di sini
Permasalahan lain yang pernah saya jumpai, terkait dengan laptop keluaran baru adalah ketika mode live perangkat penyimpanan SSD-nya tidak dapat terbaca di manajer partisi distro. Hal ini tentunya merepotkan karena kalau penyimpanan tidak terdeteksi maka artinya distro tidak bisa dipasang.
Kejadian ini terjadi pada laptop teman saya merek Dell seri New Inspiron 14 5000 Laptop dengan distro Ubuntu. Usut punya usut ternyata memang firmware os bawaannya memang mengunci SSD ke mode RAID.
Masalah berhasil teratasi dengan menonaktifkan Legacy ROM option dan mengubah SATA-controller dari RAID ke AHCI. [Tautan yang bisa menjadi rujukan.](raid - USB boot install Linux not recognizing disk space - Unix & Linux Stack Exchange
Bila menggunakan mode pemasangan dual boot, kemungkinan setelah diset ke AHCI sistem operasi Windows akan gagal booting, maka setelah pemasangan selesai bisa dikembalikan ke mode RAID lagi untuk booting ke Windows. Cara praktis lainnya adalah hapus Windowsnya :“D
Sekitar semingguan yang lalu saya akhirnya pun juga ganti perangkat, karena X1 Carbon sedang pingsan dan desa-desusnya sih ada kerusakan di chipsetnya, masih dalam perawatan mamang servis.
Setelah melakukan pencarian yang cukup panjang, akhirnya pilihan saya jatuh ke MSI GL65 9SC. Dari hasil riset singkat, spek laptop ini sudah sangat cukup mumpuni untuk menuntaskan pekerjaan sehari-hari saya yang bergelut di bidanga multimedia.
Setelah laptop sampai di tangan, segera saya pasang Debian Unstable/Sid. Agak di luar perkiraan saya, semua periperal bekerja dengan baik tanpa perlu lagi pasang-pasang driver, kecuali tentu saja untuk GPU NVIDIA-nya yang agak belibet.
Driver untuk seri NVIDIA yang ada di laptop ini tersedia di repository backport Debian unstable, oleh karena itu mesti diaktifkan dulu source.list ke repo tersebut. Selain melalui repositori, bisa juga memasang manual dengan mengunduh drivernya di situs NVIDIA langsung.
Untuk memaksimalkan kinerja GPU, saya juga mengaktifkan codec nvenc agar GPU dapat diberdayakan untuk keperluan render video. Mungkin hal ini akan lebih baik dibahas lain pada postingan lain. Singkatnya, secara default ffmpeg bawaan distro pada umumnya belum memuat codec untuk en/decode video dengan menggunakan GPU NVIDIA, maka ffmpeg harus dikompil ulang untuk mengaktifkan fitur tersebut. Alhamdulillah sekarang aman.
Akhirnya …
Memilih laptop untuk menjadi partner kerja yang pas memang gampang-gampang susah. Salah satu keuntungang menggunakan aplikasi open source sebenarnya ada pada kebebasan untuk menentukan apa saja yang perlu dan tidak perlu kita pasang, hal ini tentunya dapat membantu memaksimalkan resource dan fungsionalitas pada latop bila memang diperlukan. Selamat menemukan pasanganmu!
Pengalaman Memasang Linux di Beberapa Laptop Keluaran Terbaru
https://raniaamina.id/pengalaman-memasang-linux-di-beberapa-laptop-keluaran-terbaru/