Sekali Lagi Tentang Kontribusi

Berkontribusi nyata untuk dunia open source, sekali lagi, bukan masalah bisa menulis kode atau tidak. Lebih sederhana dari itu, pertanyaannya adalah, “Mau atau tidak?”. Mengapa demikian, karena sebenarnya siapa saja dapat berkontribusi di dunia open source sesuai bidang dan minatnya masing-masing.

Saya termasuk orang yang tidak terlalu cakap menulis kode, saya harus mengakui itu. Pun demikian, bukan berarti saya akan selalu setia dan duduk manis menjadi pengguna yang, maaf, biasa-biasa saja.

Saya pribadi ingin selalu berusaha untuk memberikan kontribusi terbaik saya untuk lingkungan open source. Pada mulanya, tentu saja, saya ragu dan selalu dirundung dengan pertanyaan-pertanyaan, “Apa yang bisa saya lakukan? Saya bisa apa? Apa kemampuan saya ini berguna?”. Akhirnya karena terlalu banyak mempertanyakan hal tersebut, saya sama sekali tidak berbuat apa-apa. Berangkat dari kesadaran bahwa saya telah banyak terbantu dengan adanya aplikasi-aplikasi dan komunitas open source, saya memberanikan diri untuk memulai berkontribusi di lingkungan open source sesuai dengan bidang yang saya tekuni. Sempat saya mendengar pernyataan, “Bukankah menggunakan produk open source itu juga sudah termasuk kontribusi?”. Pada awalnya saya sempat membenarkan hal tersebut, tapi setelah melalui banyak kegiatan dan sedikit pengalaman berkecimpung di beberapa kegiatan dan proyek-proyek open source saya jadi ingin mengatakan bahwa argumen tersebut tak ubahnya orang yang lupa mengucapkan terima kasih setelah mendapatkan apa yang ia inginkan. Sedikit merambah ke ranah religi, seingat saya bentuk/cara bersyukur itu ada beberapa jenis, beberapa yang saya ingat adalah bersyukur dengan ucapan dan bersyukur dengan tindakan. Penerapannya sederhana, bersyukur dengan ucapan bisa saja diaplikasikan dengan mengampanyekan open source melalui media pribadi atau sejenisnya, sedang bersyukur dengan tindakan adalah berkontribusi langsung untuk proyek-proeyek open source semisal, menulis kode, membuat desain, menerjemahkan bahasa antarmuka aplikasi, menulis buku panduan, membuat kegiatan-kegitan bermanfaat yang dapat menghasilkan umpan balik ke pengembang, dan lain sebagainya.

Hal yang saya tulis ini sebenarnya terpantik dari kejadian-kejadian beberapa waktu lalu yang saya rasakan tentang betapa sulitnya meminta orang atau komunitas tertentu untuk ikut membantu menyukseskan sebuah acara open source yang akan dihelat bulan ini. Satu hal yang paling saya sayangkan adalah yang agak susah diajak adalah yang muda-muda. Harus saya katakan, sejujurnya tak jarang saya merasa canggung ketika bersosialisasi atau berinteraksi dengan para senior, bagaimanapun juga pertanyaan yang sebelumnya merundung saya belum sepenuhnya bisa hilang dalam waktu yang singkat, apa lagi kemampuan yang saya miliki tergolong biasa-biasa saja. Namun rupanya memang demikianlah jalannya, saya kira. Selagi masih ada kesempatan saya harus belajar sebaik mungkin, sisanya saya harus berusaha menemukan metode sendiri untuk berkontribusi.

Bersama Teman-Teman GNOME dan Endless Bersama Teman-Teman GNOME dan Endless

Beberapa hari yang lalu misalnya, saya sempat tercengang ketika mengikuti Hackfest GNOME Recipes yang kebetulan dilakukan di Yogyakarta. Beberapa kawan dari GNOME yang berasal dari berbagai belahan dunia berkumpul dan secara khusus dan serius membahas tentang aplikasi resep masakan ini. Saya takjub dengan kesungguhan mereka, dengan kerelaan mereka dalam meluangkan waktu, serta ketekunan mereka untuk membangun aplikasi open source, KEREN! Mereka telah berlepas dari urusan-urusan politik kesukuan/ras, dan telah bergotong-royong untuk memberikan kemanfaatan bagi orang-orang di seluruh penjuru dunia. Satu hal yang paling saya rasakan adalah bahwa mereka cukup rendah hati dalam bersosialisasi, bahkan saya yang bukan siapa-siapa di lingkaran tersebut sedikit banyak juga mendapatkan perhatian dari mereka. Pengalaman seperti ini tentunya tidak bisa saya dapatkan jika masih membelenggu diri dengan beberapa pertanyaan klasik yang telah saya sebutkan di atas. Lagi-lagi harus saya ulangi, mengutip dari omongan Pak Ahmad Haris, “Yang penting itu berani dulu melangkah!”, selanjutnya kamu akan menemukan sendiri jalan-jalan perlu kamu lewati untuk menjadi sesuatu yang lebih. Omong-omong, terima kasih Pak Haris dan Pak Kukuh yang telah menggandeng saya untuk ikut acara GNOME Hackfest kemarin.

Penulis

Rania Amina

Diposting pada

2018-03-03

Diperbarui pada

2018-03-03

Dilisensikan di bawah

CC BY-NC-SA 4.0

Komentar